Film “Amang Parsinuan”, Sutradara Idris Pasaribu Akan segera diproduksi
Sebuah film berjudul “”Atau Sang Ayah yang mengangkat kisah kehidupan sebuah keluarga tanpa dikarunia anak laki-laki, segera diproduksi di Sumatera Utara.
Menurut Sutradara Film “Amang Parsinuan”, Idris Pasaribu di Medan, Rabu, proses pembuatan film yang diangkat dari karya novelis Lucya Criz asal Provinsi Nusa Tenggara Timu (NTT) tersebut akan dimulai 20 Februari 2012.
“Semua pemeran film ini berasal dari seniman lokal Sumatera Utara dengan lokasi syuting masing-masing di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir dan Kota Medan,” ujarnya.
Film ini mengisahkan tentang fenomena ketiadaan keturunan laki-laki bagi pasangan suami istri dari masyarakat suku Batak yang telah memiliki lima anak perempuan.
Di tengah perjalanan kehidupan keluarga yang semula hamonis itu, sang ayah harus dihadapkan dengan ‘intervensi’ dari keluarganya yang gencar mempersoalkan ketiadaan anak laki-laki.
Sementara keberadaan anak laki-laki dianggap sangat penting karena merupakan penerus marga.
Akibat mendapat intervensi cukup gencar, sang ayah akhirnya menikah untuk kedua kali demi memenuhi desakan keluarganya.
Padahal dalam adat Batak dan Agama Kristen yang dianut keluarga itu, poligami merupakan suatu tindakan yang dilarang.
Idris menambahkan, film “Amang Parsinuan” merupakan sebuah karya seni yang sama sekali tidak bermaksud menyudutkan suku dan agama manapun.
“Film ini direncanakan selesai diproduksi sekitar April 2012 dan diharapkan bisa diikutsertakan dalam Festival Film Indonesia tahun ini,” kata seniman yang hingga kini juga berprofesi sebagai wartawan itu.
Sedangkan biaya pembuatan film tersebut sepenuhnya mengandalkan dana dari para donatur yang merasa terpanggil untuk turut berperan nyata menghidupkan kembali film-film bernuansa muatan lokal. Sumber
Menurut Sutradara Film “Amang Parsinuan”, Idris Pasaribu di Medan, Rabu, proses pembuatan film yang diangkat dari karya novelis Lucya Criz asal Provinsi Nusa Tenggara Timu (NTT) tersebut akan dimulai 20 Februari 2012.
“Semua pemeran film ini berasal dari seniman lokal Sumatera Utara dengan lokasi syuting masing-masing di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir dan Kota Medan,” ujarnya.
Film ini mengisahkan tentang fenomena ketiadaan keturunan laki-laki bagi pasangan suami istri dari masyarakat suku Batak yang telah memiliki lima anak perempuan.
Di tengah perjalanan kehidupan keluarga yang semula hamonis itu, sang ayah harus dihadapkan dengan ‘intervensi’ dari keluarganya yang gencar mempersoalkan ketiadaan anak laki-laki.
Sementara keberadaan anak laki-laki dianggap sangat penting karena merupakan penerus marga.
Akibat mendapat intervensi cukup gencar, sang ayah akhirnya menikah untuk kedua kali demi memenuhi desakan keluarganya.
Padahal dalam adat Batak dan Agama Kristen yang dianut keluarga itu, poligami merupakan suatu tindakan yang dilarang.
Idris menambahkan, film “Amang Parsinuan” merupakan sebuah karya seni yang sama sekali tidak bermaksud menyudutkan suku dan agama manapun.
“Film ini direncanakan selesai diproduksi sekitar April 2012 dan diharapkan bisa diikutsertakan dalam Festival Film Indonesia tahun ini,” kata seniman yang hingga kini juga berprofesi sebagai wartawan itu.
Sedangkan biaya pembuatan film tersebut sepenuhnya mengandalkan dana dari para donatur yang merasa terpanggil untuk turut berperan nyata menghidupkan kembali film-film bernuansa muatan lokal. Sumber
Senin, 27 Februari 2012
0
komentar
~